Sabtu, 26 Januari 2013

Lelaki diTepi Jalan


Karya Monika Sebentina

Sudah seminggu aku melihatnya disitu , dia duduk termenung menatap jalan yg ramai , tatapannya begitu kosong tubuhnya yg kurus membuat dia seakan segan tuk berjalan . Hampir setiap kali aku akan pergi bekerja pasti melihat dia , aku tidak tahu apa yang dia lakukan setiap hari disitu .

Seperti biasa aku pun pergi ke kantor dengan melewati pemuda itu
" Siapa dia , apa yang dia lakukan " pikir ku di dalam hati , hingga tanpa sadar pak sopir menegur ku , " Neng , jangan melamun terus , sudah sampai '' , aku pun tersentak dengan bingung aku turun dari angkot yg biasa aku tumpangi .


Aku masih terus bertanya dalam hati apa yang sedang dia lakukan ," mengapa setiap hari dia berada di situ , apa dia tidak ada kerjaan " gumam ku dalam hati .
" Nica " Teriakan itu mulai membuyarkan lamunan ku , " Si Banteng mengamuk " tawa ku dalam hati .
" Coba kamu lihat , apa yang kamu kerjakan , menyusun laporan begini aja kamu gak becus , saya sudah kasi kamu waktu buat mengerjakan laporan ini , tapi salah semuanya " Omelan nya membuat aku pusing .

Ya , seminggu ini aku kurang konsen dalam mengerjakan tugas , aku masih saja mempertanyakan siapa laki-laki yg duduk di tepi jalan itu , hingga membuat pekerjaan ku buyar semua.
" Kenapa lo , lemas gitu kena marah ya ma si bos " Arsi menghampiri ku
" ia ni , kerjaan gua hancur semua , Huf '' Kata ku mengeluh pada arsi sahabat dekat ku .
" Emang , Lo kenapa " Arsi pun mulai bingung dan bertanya , karena tidak biasanya dia melihatku seperti ini.
aku pun mulai menceritakan padanya apa yang menjadi pertanyaan dalam hatiku tentang pemuda itu .

Akhirnya , dengan muka yang kasihan melihat ku dia pun memberi saran pada ku
" ya udah , dari pada lo penasaran terus ma tu laki-laki , mending besok lo samperin dia , terus lo tanya deh , dia tu lagi apa di situ "
" Terus kalau dia marah gimana ," Mata ku pun melotot pada arsi
" Nyantai aja kali , gak usah melotot " Arsi mulai kesal dengan Ku
" Ya deh , sori , sori "
" Ya , kalau gak di jawab Lu Bilang aja , " Apa yang harus aku lakukan , untuk membuat kau bicara " Arsi pun berlari sambil menertawai ku .

Arsi pun berlalu , aku mulai memikirkan nasehat yang dia berikan ,
" Bener , juga tu anak dari pada gua penasaran terus mending gua tanya aja langsung " niat ku dalam hati.

Esoknya , aku memberanikan diri turun dari angkot yg aku tumpangi , sambil merasa heran sang supir bertanya " kok , tumben neng turun disini " katanya penasaran . " Lagi ada kerjan pak " jawab ku dengan tergesa-gesa.

Akhirnya kembali aku melihat pemuda itu duduk di tepi jalan , di tengah keramaian tanpa memperdulikan manusia yang lalu-lalang di hadapannya .

Entah apa yang dia pikirkan , entah apa yang dia risaukan .
" Aku akan cari tau kenapa pemuda itu selalu duduk disana " pikir ku , selama ini aku hanya melihatnya dari kejauhan . Banyak orang yang melihatnya tapi tidak ada satu pun yang bertanya dan memperdulikannya .

Hingga dengan keberanian aku bertanya pada seorang lelaki tua yang selalu membersihkan jalanan di tempat itu.
" Permisi pak , " Sapa ku pada lelaki separuh abad itu .
" Ia neng , ada apa , ada yang bisa bapak bantu " bapak itu menjawab aku dengan nada yang sangat pelan.

Aku pun mulai bertanya pada sang kakek siapa dia.
Tiba-tiba kakek itu menatap ku dengan sedih , sambil berkata " Dia lumpuh "
aku pun terkejut mendengar perkataan si kakek , sambil melihat ke arahnya jelas terlihat pemuda itu tidak memiliki sebelah kaki .

Sikakek mulai menceritakan kisah pemuda itu , bahwa dia seorang pemuda kelas 3 SMA yang hendak menyebrangi jalanan , dia hendak pergi mengikuti ujian akhir sekolah . Tiba-tiba dari arah kejauhan sebuah mobil melaju kencang dan menabraknya hingga dia harus kehilangan kakinya.
dan orang yang menabraknya lari tidak tahu entah kemana

Aku mulai meneteskan air mata mendengarnya .
Sang kakek pun melanjutkan ceritanya.
" Sejak saat kejadian itu dia duduk di tepi jalan ini , dia hidup sendiri kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi . Tidak ada satu orang pun yang memperhatikannya

Bahkan untuk makan pun dia tidak ingin lagi .
" Dia hanya menangis dan menangis setiap kali melihat jalan itu dan memandanginya dengan penuh harapan , bahwa seandai saja dia tidak mengalaminya. kakek tua itu pun mengakhiri ceritanya .

Dengan sedih aku kembali menaiki angkot menuju tempat kerja ku , sambil menatap ku Arsi bertanya " Ada pa , kok lo nangis gitu , " Kata Arsi bingung .

Dengan sedih aku menceritakan apa yang telah aku dengar dari kakek tua itu tentang pemuda di tepi jalan , dan kami sama-sama menangis .
" Seandainya saja dia tidak kecelakaan , pasti dia tidak akan seperti itu " Kata ku dalam pikiran .

Sejak saat itu aku tidak lagi bertanya tentang siapa pemuda itu , apa yang dia lakukan atau mengapa dia tidak beranjak dari tepi jalan yang hanya memberinya kelukaan .
" Pemuda di tepi jalan , Menatap pilu dengan sebuah kelukaan
melihat kosong jauh tidak ada harapan , hanya berharap kembali masa yang lalu yang mungkin akan lebih membuat dia menyenangkan , entah sampai kapan dia akan terbentang dan terdiam di sudut jalan yang tidak akan memberikan senyuman , entah sampai kapan dia akan bangkit dari sayatan kelam hati sang pemuda jalanan "

PROFIL PENULIS
Nama : Monika Sebentina
FB : MonIca BibReti
TTL : Delitua, 20 Juli 1992


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2013/01/lelaki-ditepi-jalan-siapakah-dia-cerpen.html#ixzz2J9oGrFub

Di balik Awan



Karya Nur Faida

Di balik awan ku menunggu itu datang.
Ku tatap langit berharap itu terjadi.Berharap dan terus berharap
Mimpi kecil yang masih berada di balik awan.
Agar awan itu pindah dan mimpiku bisa jadi kenyataan
 
Terlalu konyol ku katakan tetapi itulah kenyataanya. Ku bernama Nur Faida, bisa di panggil faida. Aku ingin sekali mimpi kecilku itu terwujud sebari ku menunggu sejak kecil sampai kelas 3 SMP sekarang. Entah kenapa, aku ingin sekali itu terwujud dan sekarang mimpi kecilku itu menjadi kenyataan.

Hari jumat sepulang sekolah, ku pandang langit yang bersahabat denganku. Ku berlari secepat mungkin karena ku tak mau temanku ninda memelukku dan aku tak mau menjadi kue bercampur kopi. Begitulah masa remaja menurutku, setiap ada teman kita yang ulang tahun pasti ujung – ujungnya orang yang berulang tahun itu akan ditaburi maupun di lempari dengan terigu , air dan telur maka menjadilah kue dan di berikan juga kopi.Ku beruntung sekali, aku tidak terkena semua itu dan kami sekelas perempuan semuanya pergi kerumah ninda.


Saat ku lihat Ninda , ada rasa iri diriku. Sejak kecil ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh teman – temanku semua, ku memang pernah dirayakan ulang tahunku tapi aku hanya 1 kali itupun ku sama keluarga ajah. Ku ingin sekali ulang tahunku dirayakan oleh teman – teman semua, aku selalu menunggu sampai sekarang ini. Ku fahami itu bahwa tanggal lahirku 3 Agustus 1998 jadi ulang tahunku sulit untuk dirayakan karena pada bulan kelahiranku itu adalah bulan ramadhan tetapi ku ingin sekali itu di rayakan walau ditunda waktunya.

Dirumah Ninda, kami semua menunggu 2 teman kami yang akan membawa kue ulang tahun untuk Ninda. Banyak hal yang temanku lakukan semuanya saat menunggu 2 teman kami dan juga ninda yang sedang mandi ini. Ada yang saling berbincang - bincang , main – main bersama dan perbaiki kudung.

Tak lama kemudian, Atul dan Dilah datang membawakan kue ulang tahun berbentuk segi empat untuk Ninda . Teman – temanku pun menancapkan lilin. Betapa senangnya Ninda pastinya akan hal ini.
“Happy birthday Ninda!”sorak semua temanku saat Ninda turun dari tangganya.
Nindapun gabung pada kita semua dan kami semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Nindapun meniup lilinnya lalu memotong kue ulang tahun yang di beli dari kumpulan uang semua teman di kelas kemudian kamipun semunya memakan kue ulang tahun itu yang ternyata masih ada sisa sepotong kue Ulang tahun Ninda yang kira – kira besarnya 40 derajat.

Tak ku sangka Wawa,Inna dan Icha seseorang yang sudah ku anggap sahabat itu menancapkan lilin lebih dari 8 dengan api yang sudah berada di pucuknya dan menghampiriku.
“faida! Selamat ulang tahun yah. Kan Ulang Tahunmu belum dirayakan waktu itu”kata Wawa yang berada di depanku dengan membawa kue Ulang tahun.

Mereka menyanyikan Lagu Selamat Ulang tahun dan akupun meniupnya. Ya Allah, aku sangat gembira sekali sekaligus terharu. Aku ingin sekali menangis karena saking senangnya tapi ku tahan mataku agar tidak menangis. setelah itu iseng – isengnya wawa mencolek kue itu dan memberikan mukaku bedak kue.Astaga, reflex saja aku membalasnya dan juga Inna melakukan hal seperti itu. Akan hal itu, kudungku jadi kotor dan mereka berdua juga

Alhamdulillah, akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud dan selang beberapa hari setelah itu mereka berdua memberikanku kado ulang tahun untukku sebuah pulpen berwarna hijau. Aku sangat senang karena sekiang lama ku menunggu akhirnya terwujud juga. Terimah kasih ya Allah engkau sudah mewujudkan mimpi kecilku itu. Mimpi yang dulunya berada di balik awan sekarang sudah menjadi kenyataan. Itulah mimpi kecilku, ingin dirayakan ulang tahunku dan di beri kado.

PROFIL PENULIS
Nama : Nur Faida
Tanggal Lahir : 3 Agustus 1998
Facebook : Faida.Idha38@ymail.com
Email : faidanur88@gmailcom


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2013/01/dibalik-awan-cerpen-persahabatan-remaja.html#ixzz2J9nb4x86

Bangsa Labil Part 1


Hai namaku Natasya, orang-orang bilang aku itu labil banget soalnya aku sering banget nggak teguh pendirian. Temenku yang namanya Cantika itu sering banget marahin dan jengkel sama aku soalnya yaaa itu tadi kalabilanku, sering banget aku itu bilang mau kesini tapi karena labil aku malah pergi ketempat lain.
          Aku heran banget sama temanku yang satu itu kok dia itu masih mau aja temenan sama aku. bukannya aku nggak mau punya teman tapi aku heran aja, tapi didalam keherananku, aku bersyukur bisa punya teman kayak Cantika, udah kali ya kita muji dianya nanti malah dia kegeeran lagi wkwkwk.
          Aku sering banget nyesel sampai nangis-nangis, marah-marah nggak tau siapa yang aku marahin, mungkin kalo orang yang nggak labil ngeliat aku kayak gitu dia bilangin aku LEBAY.
          Akku sebagai orang yang labil pernah dibilangin lebay gara-gara nangisin SEPATU MERAH, dan JAM TANGAN MERAH, jadi waktu itu aku ikut Study Tour ke Jakarta-Bandung-Bogor. Ceritanya itu bermula dari Bandung, waktu di Bandung aku itu ke Cibaduyut ngeliat SEPATU MERAH dan satu lagi sepatu yang modis abissssssss terus waktu aku liat-liat sepatu merahnya itu rusak paling nyesel itu sepatu tinggal satu, terus aku ditawarin sama ibuku ngeliat di luar dulu siapa tau ada. Aku masih berdiri didepan sepatu merah itu sambil mikir mau liat diluar atau mau beli yang satunya, terus aku mutusin kalo beli yang satunya. Pertama aku seneng banget, tapi waktu aku temenin ibuku belanja keluar ternyata ada yang sama modelnya dan lebih murah daripada yang aku beli sekarang aku nyesellll banget sampe aku mau ngangis didepan ibuku hmmmm.

Jumat, 25 Januari 2013

Untuk Sahabat


Karya NN

Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan.

Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat.

Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku.

Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya.

Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku.

Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku.

Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya.

Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2011/11/cerpen-persahabatan-untuk-sahabat.html#ixzz2Iz86FCZK

Autis


Karya Yusellia

Suatu malam, Gama yang berumur 17 tahun bertemu dengan anak cacat yang bernama Esha. Dia melihat anak tersebut dengan jeli karena Gama sangat senang dengan perilaku Esha terhadap anak jalanan yang meminta uang kepadanya. Diapun ingin membantunya tapi Gama tidak membawa uang sama sekali. Akhirnya merekapun berkenalan.

Gama : “ Hai dek, boleh kenalan nggak ?”.
Esha : “ Boleh saja om. Tapi maaf om saya cacat jadi tidak bisa berjabat
tangan”.
Gama : “ Om ? umur muda gini baru dapat KTP dibilang om. Aduh adiknya ini
Jangan gitu”/
Esha : “ Iya om maaf tadi kan belum kenalan jadi ga tau umur om berapa.
Jangan marah ya om. Kenalkan nama saya Esha”.
Gama : “ Ya ampun dek muka masi imut gini dibilang om kan tadi aku udah
Bilang jangan om tapi kakak aja. Biar imut gitu, ok. Nama aku Gama
Dek..”.

Esha : “ Iya kak maaf yah. Dipanggil kakak kayak pegawai Matahari Store itu
Kalau manggil pelanggannya Kakak, hehehe ”.
Sebari mereka sibuk kenalan, anak jalanan yang dikasi uang sama Esha pun ikut ngobrol dengan Gama dan Esha. Anak tersebut ngebayol cerita komedi gitu.
Anak jalanan : “ Hai bray, boleh gabung gak ?. ikut ngobrol gitu mas.”.
Gama dan Esha : “ Boleh aja dong”. ( Mereka sambil mengangguk
Anggukkan kepalanya ).
Anak jalanan : “ Sory ya ganggu habis tadi aku dikasih uang sama mas
Cacat itu aku sempet diajak ngobrol sekarang aku
Sendiri alias galau. Makanya saya gabung aja”.
Gama : “ Anak jalanan bisa ngerasa galau juga ya dek. Padahal
Yang aku lihat anak jalanan itu senang terus dijalan
Karena dapat uang ricih terus,hahaha ”.
Esha : “ Iya betul itu kak Gama. Tapi ada juga sie yang galau”.
Anak jalanan : “ Ya kan semua anak jalanan beda beda jadi gak tiap hari
Dapat uang kadang malah di ejek di hina gitu”.
Gama : “ Ya emang. Tapi gak apa lah dek yang penting kan halal. Semoga saja kamu ntar gak kena kamtip yah”.

Anak jalanan : “ Amin kak, doakan saja yah. O ya kak tadi aku lihat kak
Suka banget yah sama kak Esha. Emang kenapa ?”.
Gama : “ Iya saya emang suka banget sama tingkahnya Esha tadi.
Aku salut sama dia,dia cacat tapi mau membantu”.
Esha : “ Ahh kakak ga usah gitu lah. Aku jadi malu kalo gini”.
Gama : “ Udah tidak apa apa emang kenyataannya kok”.

Setelah bercengkrama lama sekali, adzan magrib pun berkumandang dengan lembut nan indah. Suara yang benar benar menggentarkan setiap umat manusia yang muslim. Gama, Esha dan Anak jalanan tadi sholat bersama di masjid tempat ngobrol mereka. 5 menit kemudian, sholat pun sudah selesai dan mereka melanjutkan ngobrol lagi.
Gama : “ Eh dek Esha dan anak punk, aku pulang dulu ya”.
Esha : “ Iya kak, hati hati yah. Sampai bertemu ya kak dan anak
Punk yang ganteng itu”.
Anak jalanan : “ Aku ganteng ya kak ?, Makasi makasi. Dada dada….”.

Akhirnya mereka sudah pada berpisah karena waktu sudah malam. Mereka pun lupa bertukaran nomor hape jadi g bisa BBM-an. Aduh anak sekarang kan lagi ngetren BBM-an yah. Suatu ketika mereka bertiga bertemu kembali di tempat yang sama. Mereka saling menyapa satu sama lain. Dan mereka juga bercanda gurau dengan heboh sampai anak anak sekolah pada liatin.
Penjual Bakso : “ Mengapa kalian bertiga tidak mendaftarkan diri jadi
Pelawak di OVJ kan ntar bisa terkenal. Apalagi kalian
Bertiga mukanya sama kayak pemain yang ada di OVJ”.
Gama & Esha : “ Apa ?? Emang ada ya pak ?. Wah kesempatan kita ini
Untuk mencobanya”.
Anak jalanan : “ Emang sih tapi ntar kalo saingannya banyak gimana?”.
Penjual Bakso : “ Jangan nyerah dulu lah. Di coba dulu aja. Semangat bro”
Gama & Esha : “ Iya pak makasi atas sarannya. Kita juga lagi butuh uang”
Anak jalanan : “ Iya pak makasi ya pak. Maav pak bapak ini anak gaul
Ya ? kok manggilnya bro juga”.

Setelah sekian lama ngobrol tentang jadi artis, mereka pun pulang sendiri sendiri karena pertemuan mereka hanya sekedar makan siang saja. Akhirnya Gama mencari tempat pendaftaran tersebut di deket Cilincing. Dan benar kata penjual Bakso itu bahwa disitu ada pendaftaran artis Komedi yang aneh. Gama pun bergeming sendiri karena merasa ingin mendaftar di OVJ dengan teman temannya. Akhirnya beberapa minggu kemudian, mereka bertemu untuk mendaftar jadi artis Komedi di OVJ.
Gama : “ Kalian mau kan daftarin diri jadi artis komedi di OVJ”.
Anak jalanan : “ Mau banget donk apalagi ntar bisa tenar & banyak uang”
Esha : “ Tapi kan aku cacat, terus apa yang aku harus tunjukkan
Bila ntar perform di hadapan para penonton?”.
Gama : “ Kamu jangan pesimis dulu kita kan belum mencobanya.
Kan setiap pelawak punya ciri khas sendiri. Ga harus
Main fisik, omongan saja bisa jadi lelucon”.
Esha : “ Iya sih tapi aku takut ga bisa menyesuaikan”.
Anak jalanan : “ Udah tenang saja kan banyak orang ntar yang membantu
Kita jadi ga usah sedih”.

Akhirnya mereka pun bertekad kuat untuk mendaftar jadi artis Komedi di OVJ. Dengan bekal percaya diri dan semangat. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat pendaftaran tersebut. Mereka melakukan pendaftaran secara rinci. No 12 adalah nomor undian mereka untuk nampilin bakat di depan para juri. Setelah lama menunggu, mereka pun di panggil oleh juri untuk menampilkan performnya. Tanpa ragu ragu mereka bergaya seperti Caplin tokoh pantomime yang terkenal di dunia dengan leluconnya yang konyol itu. Para juri tertawa akhirnya karena di awal perform juri nampak judes. Dengan tertawanya juri, semangat mereka makin menjadi akhirnya mereka berjoget Gannam Style dengan music yang dibuat menjadi dangdut. Juri makin tak karuan saja tingkahnya karena menahan tawa akibat perlakuan mereka. Esha pun hanya mengisi suara yang konyol konyol yang menambah suasana makin heboh. Penonton pun mengejek Gama dan Anak jalanan itu “AUTIS” karena tingkah aneh dia yang membuat suasana makin tambah rame.

Setelah acara selesai, pengumuman pemenang pun dimulai. Gama, Esha dan Anak jalanan tersebut tangannya pada dingin. Akhirnya nama mereka disebut oleh juri. Mereka menang dan diberi kontrak selam 3 bulan untuk main bareng dengan para pemain di OVJ. Mereka pun senang sekali selagi mencoba apa yang belum mereka tau akhirnya membuahkan hasil yang baik juga. Pada akhirnya, mereka dari Gama, Esha dan Anak jalanan itu menjadi artis tenar yang dipanggil para fansnya yaitu “AUTISME”. Nama yang aneh tapi membawa mereka tenar sampai internasional. “Maka dari itu, cobalah hal yang belum kamu lakukan dengan sunguh sunguh karena hasilnya akan membuahkan hasil yang maksimal dan membuat mereka selalu tertawa melihat tingkah kami. Itu misi kami untuk membuat para penggemar dan penonton selalu ceria, kata mereka waktu di wawancara di sebuah media yang terkenal di Singapura”. Akhirnya dengan ketenaran mereka, Esha bisa sembuh layaknya orang biasa. Dia membeli sepasang tangan untuk membantunya buat bekerja.

Dan mereka pun juga membangun masjid, pesanteran dan rumah untuk para anak jalanan dengan uang hasil jerih payah mereka. Mereka pun dikenal orang lain dengan tata krama mereka yang baik. “Jadi hidup ini indah bila kita saling berbagi”, by ELSA APRILIA HIDAYAT ( Penulis cerpen “AUTIS )

PROFIL PENULIS
Nama : Elsa Aprilia Hidayat
Rumah : Mendungan, pabelan kartasura, sukoharjo, Jawa Tenagah
Sekolah : SMA Negeri 2 Sukoharjo


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/11/autis-cerpen-lucu.html#ixzz2IydErU7b

Mengejar MasBro


Karya Martha Friska Sirait

Ketika aku mendengar lagu Audi “ Sahabat”, aku langsung teringat kepada kedua manusia yang berada di martubung tepatnya di medan. Entah apa yang membuatku begitu tertawa lepas saat mengingat mereka, tapi yang pasti aku bahagia saat itu.
“ Nak weh, kita ngumpul di tempat biasa jam 2, kalau telat mati !”
“ Eh, jangan gitu lah. Aku lagi sibuk nih. Kau tahu, aku saat ini dalam posisi yang genting, aku lagi... halo.. halo Nan ? halo ? iss.. dasar anak yang satu ini. Belum ngomong dah asal mati aja.” Sesaat setelah mematikan handphonnya, Chaca diam sejenak. Apa yang harus aku perbuat, aku tak mungkin meninggalkan ini. Aku sudah lama menunggu, apalagi sudah waktunya. Bagaimana ini, aku keluarkan gak ya?. Tiba-tiba seseorang dari belakang memukul pundaknya.
“ Nak, jadi masuk nggak, Ibu sudah tidak tahan nih ?”
“ Ehm.. gimana ya Buk, Saya bingung harus mengeluarkannya atau tidak”
“ Bagaimana kalau kamu duduk dulu baru kamu ambil keputusan setelah itu?”
“ Akh, ya benar. Thanks Buk !.” sambil meninggalkan tempat tersebut.
“ Dasar anak sekarang, mau boker saja harus berfikir. Edan !”

Setelah kami bertemu di tempat yang telah ditentukan kami memulai rapat yang akan dibahas.
“Cha, aku suka pada E..” sebelum menyelesaikan kalimatnya aku langsung menutup mulut Unek. Dan membisikkan sesuatu di telinganya.
“ Ssstt.. jangan menyebut merek, nanti kalau ada yang tahu bagaimana ?”
“ Jadi aku harus menggunakan nama apa?” sambil berbisik.
“ Sebut saja Mas Bro !”
“ Cha, aku suka pada Mas Bro”
“ Oh, ya nggak apa-apa.”
“ Makasih ya, kau memang teman yang baik. Oh ya, maukah kau mengajariku bagaimana cara untuk mendapatkan hatinya?”
“ Tenang saja, itu mudah kok. Tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu?”
“ Apa itu ?”
“ Mas bro itu siapa ya, apa dia satpam di sekolah kita dulu ?” sambil menunjukkan wajah tidah berdosa.
“ Apa, kau mau mati ya. Aku serius gerot....”
“ Hahahahha..., aku cuma bercanda. Dengar dia menyukai wanita yang tomboy, humoris dan kuat. Lumayan sulit, tapi aku yakin kau pasti bisa meluluhkan hatinya.”
“ Hufh... baiklah, Conan kau harus merubahku.”
“ Ya, baiklah kalau itu mau mu.” Singkatku.

Keesokan harinya kami langsung melakukan pembedahan karakter Unek. Dan setelah selesai, kami mengantarkannya ke tempat pertemuan yang akan dilakukan bersama Mas Bro.
“ Kenapa E...” belum menyelesaikan kalimatnya Aku menutup mulut Chaca.
“Sssttt... jangan berisik. Ntar di dengar orang.”
“ Jadi, Mas Bro itu Dia. Aduh bagaimana ini... mampus aku !”
“ Kenapa, kau sakit hati atau kecewa?”
“ Bukan itu. Sebenarnya aku asal menyebut kemaren mengenai cara mendapatkan Mas Bro. Aku kira Mas Bro itu satpam kita benaran, tapi ternyata...”
“ Memangnya kriteria satpam kita seperti itu, dari mana kau tahu?”
“ Ehm... sebenarnya kami sudah beberapa kali telefonan. Hehehe” sambil tersipu malu.
“ Sarap! Ya sudah, tidak ada gunanya menyesali semuanya. Kita tunggu saja dia keluar.”

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya Unek keluar. Dengan cepat Aku dan Chaca menghampiri Unek dan menyerbunya dengan beribu-ribu pertanyaan. Tapi Unek langsung membentak kami.
“ Diam !, mulai sekarang aku tidak ingin melihat kalian lagi. Sungguh terlalu.” sambil meniru logat bang haji roma irama.

Setelah beberapa hari berlalu, aku dan Chaca pergi kerumah Unek untuk menemuinya dan meminta maaf padanya.
“ Nek, aku benar-benar minta maaf. Aku memang tidak tahu kalau Mas Bro yang kau maksud itu Dia.”
“Sudahlah Nek, jangan marah lagi. Aku juga minta maaf mengenai masalah ini. Aku tahu memakaikanmu baju perompak itu sungguh ide yang gila. Padahal tidak ada cewek tomboy yang mengenakannya.”

Tiba-tiba Unek membentak kami dengan suara yang keras.
“ Ahh, ya..ya.. aku ingat sekarang. Pakaian perompak itu. Kalian ingat saat kalian mendandaniku dengan riasan perompak?”
“ Ya !” sahut ku dan Chaca.
“ Dan apa kalian ingat saat aku mengenakan pakaian perompak itu setelah Aku selesai mandi ?”
“ Ya !” sahut kami lagi serempak dengan rasa bersalah.
“ Kenapa ?” tanya ku penasaran.
“ Aku lupa memakai celana dalam pada saat itu !”
“ Apa !!!! ” serempak aku dan Chaca mendengar hal itu.
“ Bagaimana bisa ?” tanya Chaca heran.
“ Aku juga tidak tahu kenapa aku lupa, tapi itu tidak masalah buatku. Aku sudah mendapatkan jawabannya. Meskipun sedikit tertusuk.”
“ Maksudnya?” tanya ku heran.
“ Saat tidak memakainya, sepertinya ada yang menusuk kesitu.” Sambil memasang wajah malu-malu.
“ Tertusuk bagaimana maksudmu, celananya kan tidak ada resleting. Bagaimana bisa?”Jawabku sambil mengerutkan alis.
“ Memang tidak ada resleting, tapi kan pada saat itu aku pakai kancing peniti.”
“ Oh iya ? astaga...”

Karena merasa pembicaraan itu agak mengerikan buat Chaca, maka Ia mengalihkan pembicaraannya.
“ Lalu, apa yang Dia katakan?”
“ Aku tidak jadi mengutarakan perasaan ku padanya. Tapi saat bersamanya aku sadar satu hal”
“ Apa itu ?”
“ Dia, sama sekali tidak melihatnya. Dia sedikitpun tidak merasakan apa yang sedang aku perlihatkan. Disaat aku memberikan perhatian dan cara agar Ia sadar akan perasaanku, dia tetap saja tidak dapat melihatnya. Dan saat itu juga aku tahu, bahwa Dia ....” sebelum melanjutkan kalimatnya, Aku menutup mulut Unek.
“ Sssttt... sudah tidak perlu di ucapkan lagi. Kami memahami perasaan mu, kami dapat melihatnya. Semua yang kau rasakan, semua yang kau tunjukkan, kami dapat melihatnya. Bahkan tanpa kau bilang kami tahu kau sayang padanya. Jadi sudahlah. Oh iya, jadi bagaimana dengan itu mu, apa tidak terluka?” sambungku dengan perasaan ingin tahu.
“ Kau ini, kenapa kau suka sekali menghentikan pembicaraan orang .Tanganmu itu bauk tahu nggak. Itu ku sudah tidak apa-apa, aku sudah memberikan obat merah jadi kau tenang saja.”
“ Apa tidak iritasi, nanti kalau terjadi apa-apa bagaimana?”

Tiba-tiba Chaca menjambak rambutku.
“ Kenapa kau malah bertanya mengenai itu, menjijikkan tau tidak!”
“Kau yang menjijikkan, lihat..bulu hidungmu keluar. Cepat masukkan!”
“ Dasar!.” Keluh Chaca. Tapi saat itu juga Ia mendorong bulu hidungnya agar masuk ketempatnya.
“ Lalu bagaimana selanjutnya?” tanyaku pada Unek
“Tidak ada, kata Dokter bokongku tidak apa-apa.” balas Unek.
“ Oh.. syukurlah, aku kira... hahhahaha” aku tertawa karena terlalu berlebihan memikirkan hal yang lain.
“ Tidak ada kata selanjutnya. Kau sendiri bagaimana Nan ?” tanya Chaca balik.
“ Sama saja, tidak ada kata selanjutnya”
“ Kau terlalu pemilih !”
“ Tidak, aku hanya sedang menunggu. Ibarat sebuah rumah yang kosong, hati ini masih menunggu pemiliknya kembali. Aku tak ingin waktu yang ku gunakan untuk menunggu membuat hatiku tertutup untuk orang lain, makanya aku berpacaran hanya untuk sekedar saja. Tapi ternyata, waktu menunggunya sangat lama.”
“Kau bodoh!, kau mampu melakukan hal gila yang kau lakukan terhadapku. Tapi kau tidak mampu untuk mengungkapkan perasaanmu.”
“ Ini berbeda Nek, begitu juga dengan kita. Sesungguhnya aku sangat iri kepada kalian yang bisa mendapatkan cinta dari orang yang juga menyayangi kalian.”
“ Tidak selalu, buktinya sekarang aku. Kau lihatkan.” Tegas Unek.
“ Kau belum seutuhnya mencintainya, makanya kau berucap seperti itu.”
“ Ya. Mungkin saat ini cinta belum berpihak kepada kalian, tapi ingatlah kita saling memiliki dan akan selalu melindungi. Meskipun cinta tidak melihatnya, namun sahabat mampu untuk merasakan dan melihatnya. Benarkan Nan ?”
“ Ya Cha, meskipun cinta mampu mengubah seseorang, tapi sahabat tetap untuk selamanya.”
“ Kalian inilah, baiklah kalau begitu. Kita harus tetap menjaga satu sama lain.” Setelah kalimat itu diucapkan Unek, akhirnya kami pulang kerumah masing-masing.
Mungkin terlihat bodoh saat aku mengenang semua itu, tapi hal bodoh itulah yang mampu membuat kami tetap bertahan dan menghargai segala yang kami punya.


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/09/cerpen-lucu-mengejar-mas-bro.html#ixzz2IycFcMd5

Kodok Struk


Banyak hal yang enggak bisa gue lupain gitu aja sewaktu gue masih di SMA. Salah satunya tentang guru olahraga gue. Namanya Arul, postur tubuhnya tinggi langsing dengan rambut tipis. Dia banyak cerita tentang pengalamannya, diantara semua pengalamannya, jujur dari lubuk hati gue paling dalam, enggak ada satupun yang bisa gue percaya. Gue enggak percaya dia pernah bermain di klub bola Bayern Munchen, kalau dia memang pernah pasti dia udah jadi pelatih bola bukan jadi guru olahraga. Dia mungkin mempunyai kepercayaan diri yang sangat sangat tinggi.

Pengalaman menarik pada saat jam pelajarannya itu pas dia sedang menjelaskan gaya dalam berenang. Gue yakin kalau kalian lihat bagaimana dia mempraktekkannya, pasti kalian akan sawan/kesambet. Tapi yang bikin seru adalah kita enggak boleh ketawa pada saat dia menjelaskannya. Sumpah ini seperti acara Tahan Tawa yang ada di Trans TV. Kalau di Tahan Tawa ada bopak sebagai pengujinya disekolah kami ada Arul.

Kami sekelas sebenarnya tidak ada yang tahan ingin ketawa pada saat dia mempraktekan renang gaya kodok. Gayanya enggak seperti kodok yang normal tapi lebih mirip kodok struk. Mungkin lebih bagus kodok struk kali daripada dia.

Pada saat itu salah satu temen gue ketangkep kamera sedang tertawa karena gaya kodok struk itu. Dan keluarlah jati diri Arul sebagai sosok kejam yang dtakuti oleh para murid sekolah itu termasuk gue. Dia merasa direndahkan oleh pansek karena sudah berani menertawakannya. Sebenarnya satu kelas pada ketawa semua sih cuma panseknya aja lagi kena sial. Kasihan banget memang pansek dia mungkin belum mandi wajib makanya kena sial seperti itu.

Satu kelas langsung sunyi, enggak ada yang berani bicara, enggak ada yang berani bergerak, enggak ada yang berani membuka mulut dan enggak ada yang berani bernapas. Kasian pada mati semua dong.hehe Gue pengen banget nyarankan pansek untuk pura pura gila jadi dia enggak kena marahnya Arul. Tapi gue masih mencoba mengumpulkan keberanian gue. Setetes demi setetes gue kumpulin dan akhirnya gue urungkan niat baik gue ini karena Arul makin marah dan menyuruh pansek untuk keluar dari kelas pada saat itu juga.

Setelah kejadian yang menegangkan itu berakhir, suasana kelas menjadi hening dan serius menerima pelajarannya kecuali gue dan 3 teman gue. Kami berempat masih aja ngeledek dia. Kami memang segerombolan siswa yang usil dan sering nyeletuk disaat guru menjelaskan. Terutama si Alam, dia terlihat serius tetapi sebenarnya dia itu orang gila yang turun kedunia dan ditugaskan untuk mengganggu kami semua.

Arul pun makin semangat menjelaskan dan kami makin enggak ngerti dengan semua gaya yang dia praktekan. Gue ngeliat keluar jendela berharap ada mobil ambulance dari rumah sakit jiwa. “Semoga aja dia bukan pak Arul yang asli semoga dia orang gila yang sedang menyamar menjadi pak Arul.” Itu doa gue pada saat itu.

Yang gue senang itu pada saat dia kehabisan bahan untuk cerita. Hanya dengan itu dia mau membebaskan kami dari kelas dan mata pelajaran yang berbahaya yang mungkin bisa membuat kami jadi tertular oleh dia.

Gue sadar pada saat kuliah, banyak ilmu dan nasehat yang gue dapat dari beliau. Gue beranggapan dia melakukan itu semua agar kami bisa punya cita cita yang tinggi. Agar selalu berusaha untuk bisa dapetin apa yang kita inginkan. Tapi Gue hanya bisa membalasnya dengan ucapan Terima Kasih.



DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/09/cerpen-remaja-lucu-kodok-struk.html#ixzz2IyTTICX4